Kamis, 13 Desember 2012

HELIKOPTER ANTI KAPAL SELAM


  Sejalan dengan program modernisasi alutsista Tentara Nasional Indonesia, TNI AL tengah melirik dan mengaji beberapa jenis helikopter anti kapal selam dari negara-negara produsennya. Banyak tawaran yang masuk, namun cuma satu yang akan dipilih karena hingga 2014, total dana perkuatan arsenal TNI itu cuma 5,7 miliar dolar Amerika Serikat untuk semua matra TNI.

 Untuk helikopter jenis ini, terdapat beberapa produsen yang andal. Di antaranya helikopter Kamov Ka-27, Ka-28, dan Ka-29 Helix dan Mil Mi-14 (Federasi Rusia), Kaman SH2 Seasprite, Sikorsky SH-70B Navy Hawk (Amerika Serikat), EH-101 Merlin (Inggris), NH-90 Multi Role Helicopter, Super Frelon SA 321G (Perancis), Augusta Westland Lynx dan Super Lynx (Inggris), dan beberapa beberapa helikopter lain.
 
Helikopter anti kapal selam
Kaman SH2 Seasprite buatan AS

Semuanya menjanjikan keunggulan sekaligus kompatibilitas dengan sistem yang ada, artinya bisa dipadukan dengan sistem buatan Barat atau Timur, atau alternatif lain seperti Israel, China, dan Afrika Selatan.

TNI AL telah meremajakan dua kapal selamnya, KRI Cakra-401 dan KRI Nanggala-402, yang aslinya adalah kapal selam Type-209 buatan Jerman. Rencananya akan datang lagi tiga perkuatan buatan Galangan Kapal Daewoo, Korea Selatan, yang merupakan kapal selam lisensi Type-209 dari Jerman; dua dibuat di Korea Selatan dan satu di galangan kapal PT PAL, di Surabaya.

Malaysia dan Singapura telah lebih dulu memperkuat flotila kapal selamnya. Malaysia telah memiliki dua dari lima unit kelas Marlin DCNS CA-2000 Scorpene buatan Prancis yang harganya lebih mahal, sekitar 450 juta dolar Amerika Serikat, kosong tanpa senjata -ketimbang Type-209 - sementara Singapura sama dengan Malaysia jumlah lima juga.

Bicara soal Scorpene ini, kapal selam ini sekelas dengan Type-212 dan Type-214 besutan Jerman, yang lebih canggih ketimbang Type-209 punya Indonesia. Polemik beredar, pemberitaan belakangan ini di Malaysia menyebut-nyebut ada skandal keuangan dalam proses pembelian Scorpene Malaysia itu, yang melibatkan Menteri Pertahanan (saat itu dan kini perdana menteri Malaysia), Najib Tun Razak.

Kalau ada kapal selam, maka harus ada anti kapal selam, itulah gunanya helikopter anti kapal selam itu, selain kapal atas air anti kapal selam yang dilengkapi torpedo dan peluru kendali bawah permukaan.
 
Helikopter anti kapal selam
Super Frelon SA 321G buatan Perancis

Rencananya, TNI AL akan membeli 11 helikopter anti kapal selam (anti submarine helicopter) pada 2014 nanti. Selama ini kita cuma mempunyai dua saja, bekas pakai Angkatan Laut Kerajaan Inggris dan Kerajaan Belanda, yang dibeli pada era 1970-an.

"Sebenarnya, sejak tahun 1960 kita sudah punya tetapi pada 1970 sudah dipensiunkan," kata Wakil Kepala Staf TNI AL, Laksamana Madya TNI Marsetio. Dia ikut dalam jumpa pers dengan Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu.

Dia tidak merinci tahapan kajian TNI AL yang telah berjalan tentang helikopter ini kecuali jumlahnya yang 11 unit itu. Juga tidak diirinci sistem kesenjataan, sensor, sistem avionika, dan sistem pendukung karena itu mutlak ditentukan setelah jenis dan tipe helikopternya diputuskan.

Dua tahun terakhir pemerintahan Obama melunak kepada Indonesia sejalan pencabutan embargo militer kepada TNI secara umum. Paling jelas terlihat adalah tawaran hibah 24 jet tempur F-16 Blok 25 Fighting Falcon eks Koprs Udara National Guard mereka; yang dikatakan Yusgiantoro, "Akan ditambah lagi jumlahnya, sehingga nanti skuadron F-16 kita akan luar biasa."

Belum lagi program-program latihan dan peningkatan kapasitas SDM TNI dan pelibatan Indonesia dalam banyak program internasional atau regional. Kalau sudah begitu, tampaknya "lirikan" untuk arsenal anti kapal selam ini bisa mengarah ke Amerika Serikat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar