Jumat, 14 Desember 2012

GARUDA, LAMBANG NEGARA RI


Binatang Apakah "GARUDA" itu.....????
Garuda merupakan gambaran seekor burung yang tidak nyata. Kita dapat melihat bentuk Garudamukha pada relief-relief candi di Indonesia, seperti Candi Prambanan (Jawa Tengah), Candi Penataran (Blitar), Candi Tigawangi seperti gambar disamping (Kediri) , Dinding bangunan makam Setono Gedong/Mbah Wasil (Kediri). Gambaran bentuk burung Garuda terdapat dalam kitab ajaran Hindu. Dalam ajaran agama Hindu kita mengenal adanya Tri Murti, yaitu ;
1. Syiwa (Dewa penguasa dan perusak alam semesta) yang mempunyai laksana seekor Lembu Nandi
2. Brahma (Dewa Pencipta alam) yang mempunyai laksana seekor angsa
3. Wisnu (Dewa Pelindung Dunia) yang mempunyai laksana seekor burung bernama Garudamukha, yaitu seekor burung yang berwajah setengah raksasa.
Gambaran jelas bentuk dari garudamukha dapat kita lihat di Museum Trowulan Mojokerto. Di museum ini terdapat arca perwujudan Airlangga sebagai dewa Wisnu yang sedang menunggang Garuda. Arca yang sangat bersejarah ini sekarang dalam kondisi yang cukup baik setelah diadakan perawatan dengan menggunakan klem dari baja, mengingat kondisinya yang sudah retak-retak bahkan patah di bagian-bagian tertentu.
Keterangan Gambar : Patung perwujudan airlangga sebagai Dewa Wisnu yang sedang mengendarai Garuda (sekarang disimpan di museum Trowulan Mojokerto)
Sumber Gambar : Dokumen Pribadi

Bentuk burung ini tidak akan kita jumpai di kehidupan nyata, karena hanya ada di dalam ajaran agama Hindu. Didalam Kitab Ramayana karya Mpu Walmiki kita mengenal adanya “Burung Jathayu” yang bentuknya sama dengan Garuda. Dalam kitab tersebut Jathayu digambarkan bertarung melawan Rahwana karena ingin menyelamatkan dewi Shinta yang diculik oleh Rahwana. Gambaran sifat Jathayu ini sama dengan Garudha yang mempunyai sifat sebagai pelindung
Dalam kehidupan nyata kita dapat mempersonifikasikan burung Garuda ini dengan burung Rajawali, seekor burung yang dijuluki Raja Udara karena keperkasaannya. Gambaran bentuk kepala burung rajawali inilah yang digunakan oleh Sultan Hamid II dari Pontianak untuk menggambarkan bentuk burung Garuda, atas tugas dari presiden Soekarno. Bahkan kita banyak yang kurang tahu bahwa nama lengkap dari lambang negara kita adalah “RAJAWALI GARUDA PANCASILA”, karena kita lebih familier dengan nama Garuda Pancasila

Mengapa Burung Garuda, bukan Burung Rajawali ....?
Untuk membahas masalah ini saya teringat akan pesan Presiden Soekarno


dalam pidatonya yang sangat terkenal “JAS MERAH”.
Jangan Sekali-kali melupakan sejarah...!!!! Bangsa yang melupakan sejarah bangsanya sendiri niscaya akan hancur. Sejarah adalah masa lampau. Masa lampau adalah pengalaman dan Pengalaman adalah Guru yang terbaik....... Dengan kata lain "sejarah adalah masa lampau yang dapat digunakan sebagai pengalaman atau cermin untuk melangkah ke masa depan......"
Kembali ke Garudha. Pada masa berkembangnya kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia di Negara kita muncul beberapa Kerajaan Hindu yang besar dan sangat disegani oleh kerajaan-kerajaan lain. Bahkan ada kerajaan Hindu yang kekuasaan sangat luas sampai ke Asia Tenggara, yaitu Majapahit. Banyak dari kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia waktu itu menggambarkan sosok penguasanya ( rajanya ) sebagai Dewa Wisnu, dewa pelindung dunia yang mempunyai laksana seekor Garudhamukha. Karena selalu bersama dengan wisnu Garudha juga mempunyai sifat sebagai pelindung yang dipercaya akan melindungi rakyat dari segala marabahaya.
  
  Nampaknya sejarah panjang kebesaran kerajaan-kerajaan Hindu inilah yang mengilhami pemikiran pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno untuk menggambarkan sosok “Garuda” ini menjadi lambang negara RI. Bahkan pada sosok Rajawali garuda Pancasila ini ditambahkan sebuah pita dengan tulisan “Bhineka Tunggal Ika”. Sebuah semboyan yang sudah sangat akrab di telinga masyarakat Majapahit pada abad ke 15, "Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa" Semboyan ini terdapat dalam sebuah Kitab yang ditulis oleh Mpu Tantular, yaitu Sutasoma. Sebuah buku yang menggambarkan bagaimana rukunnya masyarakat Majapahit pada waktu itu walaupun mempunyai berbagai macam agama atau keyakinan. Keadaan ini persis sama dengan keadaan bangsa Indonesia yang merupakan bangsa paling majemuk di seluruh dunia, mulai dari Suku, Agama, Adat maupun Ras.
   
   Bahkan lambang Garudhamuka ini juga dapat kita jumpai pada bangunan peninggalan budya Islam, yaitu sebuah masjid dan makam auliya Sunan Wasil/Mbah Wasil di Kelurahan Setono Gedong Kecamatan Kota, Kota Kediri. Pada bangunan makam ini terdapat relief Garudhamukha yang mengembangkan sayap dengan kepala menoleh ke kanan. Ini menggambarkan bahwa akulturasi budaya bangsa Indonesia begitu kuat (akulturasi budaya Hidu dan Islam). Saling menghargai dan menghormati kebudayaan dan keyakinan masyarakat sangat tinggi, sesuai dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.

    Kesimpulan saya bahwa pemakaian lambang Garuda dengan sayap mengembang dilengkapi Pita bertulis Bhineka Tunggal Ika bermakna bahwa pada saat itu para pemimpin kita dibawah Pemerintahan Soekarno mengidamkan bangsa Indonesia yang sangat majemuk ini menjadi bangsa yang damai, aman dan tenteram yang diibaratkan dibawah kepemimpinan penguasa yang mempunyai sifat seperti dewa Wisnu, yaitu melindungi rakyat dari segala marabahaya dan menjamin kesejahteraan rakyat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar